Translate

News Update :

Krisis air bersih diperkirakan akan terjadi pada 2030

Seperti dituliskan pada artikel sebelumnya, bahwa masalah air bersih di Indonesia memang begitu memprihatinkan, dan sudah semestinya menjadi perhatian semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Karena apabila masalah air bersih ini tidak segera diatasi, krisis air bersih diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030. Bahkan menurut Arjun Thapan, Penasehat Senior ADB (Bank Pembangunan Asia) untuk infrastruktur dan Air, peningkatan permintaan air pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 70-90% di Asia, dimana kekurangan suplai air mencapai 40%.

Begitu peliknya masalah air bersih ini membuat para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi “perarungan” untuk memperebutkan air bersih, sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi dan gas bumi. World Water Assesment Programme (WWAP)pun menegaskan bahwa krisi air di dunia akan memberi dampak yang mengenaskan, tidak hanya membangkitkan epidemic penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan bencana kelaparan.

Perkiraan akan terjadinya krisis air bersih pada tahun 2030 seharusnya menyadarkan semua pihak, bahwa memang perilaku dan tangan manusia itu yang menyebabkan akan terjadinya krisis air bersih, baik dari sisi penggunaan air maupun kerusakan-kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh perilaku dan tangan manusia.

Dari sisi penggunaan air, dapat dilihat bahwa banyak orang yang menganggap air itu merupakan benda sosial yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa memahami dengan baik prinsip perlindungan terhadap  air. Seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya menggunakan air secara bijak (menghambur-hamburkan air bersih), di DAS juga sumber air baku (sungai) sering difungsikan langsung untuk berbagai kegiatan sehari-hari (mandi, mencuci bahkan membuang kotoran/sampah), dimana hal ini dapat menimbulkan pencemaran sungai secara langsung.

Selain itu kerusakan-kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh tangan manusia juga membuat sumber air bersih menjadi berkurang. Seperti penggundulan hutan yang menyebabkan berkurangnya daya resap tanah terhadap air, sehingga timbulah kekeringan. Berdasarkan data Departemen Kehutanan, hingga tahun 2000 saja di seluruh wilayah Indonesia diketahui luas lahan kritis yang mengalami kerusakan parah mencapai 7.956.661 hektare (ha) untuk kawasan hutan dan 14.591.139 ha lahan di luar kawasan hutan. Sedangkan pada tahun yang sama rehabilitasi (penanaman kembali) yang dilakukan pemerintah hanya mampu menjangkau 12.952 ha kawasan hutan dan 326.973 ha di luar kawasan hutan.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya krisis air bersih yaitu: pertambahan populasi dan persebaran penduduk yang tidak merata, dimana pemanfaatan sumber daya air bagi kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat. Di satu sisi kebutuhan akan sumber daya air semakin meningkat pesat dan di sisi lain kerusakan dan pencemaran sumber daya air semakin meningkat pula sebagai implikasi industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang merata, sehingga menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Kemudian dapat kita lihat juga disini bahwa perilaku dan tangan manusialah menjadi faktor terjadinya krisis air bersih, dimana terjadinya pencemaran air yang sebagian besar disebabkan oleh aktifitas manusia yaitu adanya limbah pemukiman,  limbah pertanian, limbah industri termasuk pertambangan.



Tak bisa kita bayangkan bagaimana bumi ini nantinya ketika krisis air global benar-benar terjadi, dimana air bersih akan sangat sulit ditemui. Saat ini saja, sepertiga penduduk bumi masih mengkonsumsi air yang bisa membahayakan kesehatan. Di Indonesia sendiri masalah air bersih ini menjadi masalah yang pelik, data menyebutkan bahwa pada tahun 2011 dari sekitar 200 jutaan penduduk Indonesia, baru 20% saja yang memiliki akses terhadap air bersih. Sedangkan sekitar 80%nya masih mengkonsumsi air yang tak layak bagi kesehatan. Bencana kekeringan juga terjadi di berberapa wilayah di Indonesia, bahkan hampir setiap tahunnya kekeringan ini melanda.

Penyelamatan sumber-sumber air memang harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan demi mengatasi krisis air bersih ini, diantaranya adalah dengan menggalakan gerakan hemat air di semua sendi kehidupan, yang dapat dimulai dari hal paling kecil seperti pemanfaatan ulang air buangan untuk menyiram tanaman ataupun toilet, dan juga untuk sektor pertanian yang merupakan kegiatan ekonomi yang paling membutuhkan air. Upaya untuk mengatasi krisis air bersih bisa juga dengan menggalakan gerakan menanaman pohon; konservasi lahan, pelestarian hutan dan DAS; mengurangi pencemaran air, pembangunan tempat penampungan air hujan (seperti situ, embung, dan waduk); hingga pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (air laut) dan air payau menjadi air tawar, yang salah satunya bisa dengan menggunakan "teknologi membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik atau Osmosa Balik".

Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang Teknologi Membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik atau Osmosa Balik silahkan anda baca artikel kami di blog ini, atau silahkan anda kunjungi "enerba teknologi"

sumber:
slideshare
alamendah
duniaesai
inilah.com



komentar | | Read More...

Masalah air bersih di Indonesia

Masalah air bersih dan sanitasi merupakan masalah yang tak kunjung usai yang harus dihadapai pemerintah dan masyarakat di Indonesia. Padahal Indonesia merupakan Negara yang kaya akan Sumber Daya Air, dimana Indonesia memiliki enam persen persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan Asia pasifik, namun pada kenyataanya dari tahun ke tahun Indonesia mengalami krisis air bersih.

Dari hasil penelitian Jim Woodcock, seorang konsultan masalah air dan sanitasi dari bank dunia, ada 100.000 bayi di Indonesia tewas setiap tahunnya yang disebabkan oleh diare, penyakit yang paling mematikan nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan akut. Dan penyebab utama dari adanya penyakit tersebut tentu buruknya akses terhadap air bersih serta sanitasi. Datapun menyebutkan bahwa pada tahun 2011 dari sekitar 200 jutaan penduduk Indonesia, baru 20% saja yang memiliki akses terhadap air bersih, itupun kebanyakan di daerah perkotaan. Sedangkan sekitar 80% rakyat Indonesia masih mengkonsusmsi air yang tak layak untuk kesehatan.



Walau dikatakan bahwa Indoesia merupakan Negara kaya akan ketersediaan air, namun potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun. Sedangkan kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial. Data kementrian kesehatan menyatakan bahwa 60% sungai di Indonesia tercemar, mulai dari bahan organic sampai bakteri-bakteri penyebab diare seperti Coliform dan Fecal Coli. Air sungai yang seharusnya dapat menjadi sumber kehidupan warga sekitar, justru malah tercemar dan warnanya berubah menjadi hitam pekat, sehingga tidak layak untuk dijadikan air minum, mandi, serta mencuci. Bakteri E.Coli juga dijumpai pada 75% air sumur dangkal di perkotaan. Hal ini menyebabkan akses air bersih menjadi semakin sulit. Dan tentu saja hal itu berimbas pada kondisi kesehatan warga yang menjadi buruk.

Bukan hanya itu saja, masalah buruknya sanitasi juga menjadi bagian yang ikut memperburuk masalah air bersih di Indonesia. Word Bank Water Sanitation Program (WSP) pada tahun 2013 lalu menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai Negara dengan sanitasi buruk. PBB melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar sembarangan seperti di sungai, laut, atau permukaan tanah setiap harinya. Itu berarti, setiap hari ada belasan ribu ton tinja dan ratusan ribu meter kubik air seni yang mencemari lingkungan.

Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan bahwa Indonesia mengalami kerugian setiap tahunnya sebesar 56 triliun rupiah (jumlah yang setara dengaN 2,3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), hal itu diakibatkan dari buruknya kondisi air minum dan sanitasi. Tentu saja masalah air bersih di Indonesia ini adalah masalah bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia.

Masalah air bersih memang menjadi masalah yang tak kunjung usai, semua orang memang perlu menyadari bersama bahwa air bersih itu begitu penting. Kesadaran akan pentingnya air bersih juga berhubungan erat dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan, dan sadar untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Disamping itu pengembangan teknologi juga dapat digunakan untuk pengolahan air bersih, salah satunya adalah "desalinasi" yaitu mengolah air asin (air laut) dan air payau menjadi tawar, dengan menggunakan teknologi Reverse Osmosis.Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Reverse Osmosis (RO) atau Osmosa Tebalik silahkan anda ikuti artikel di blog ini atau kunjungi "enerba teknologi".


sumber:
kompasiana
sindonews
alamendah
komentar ( 1 ) | | Read More...

Pengolahan Air dengan Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik

Di artikel sebelumnya dibahas tentang “pengolahan air asin menjadi air tawar (desalinasi)”, artikel kali ini akan membahas tentang pengolahan air bersih dengan teknologi membran Reverse Osmosis (osmosis terbalik), yang dapat digunakan untuk desalinasi (mengolah air asin menjadi tawar), dan juga mengolah air limbah atau air kotor menjadi air bersih. Reverse Osmosis (Osmosis Terbalik) ini memang telah banyak dipakai di beberapa negara seperti Amerika, Jepang, Jerman, Arab, Australia juga di Indonesia tentunya



Pengertian Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik

Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari Osmosis, dimana osmosis adalah proses alami ketika dua cairan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh sebuah membran semipermiabel, maka cairan memiliki kecenderungan untuk bergerak dari konsetrasi rendah ke zat terlarut dengan konsentrasi tinggi untuk keseimbangan  potensial kimia.  Sedangkan "Reverse Osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah konsentrasi zat terlarut tinggi melaui membrane semipermiabel ke daerah konsentrasi zat terlarut rendah dengan menerapkan tekanan melebihi tekanan osmotik."

Jadi "pengolahan air dengan ReverseOsmosis (RO) atau Osmosis Terbalik adalah suatu sistem pengolahan air dari air yang mempunyai konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel menjadi air yang mempunyai konsentrasi rendah (encer) dikarenakan adanya tekanan osmosis". Reverse Osmosis ini merupakan metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion.

Sekilas Sejarah Pengolahan Air dengan Teknologi Membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik.

Proses Osmosis melalui membran semipermiabel pertama kali diamati pada tahun 1748 oleh seorang ilmuwan Perancis bernama Jean Antoine Nollet.  Namun osmosis hanya sebuah fenomena yang diamati di laboratorium selama 200 tahun berikutnya. Hingga pada akhir tahun 1940-an, para peneliti mulai memeriksa cara-cara pengolahan air murni dari air asin (desalinasi), dimana pada tahun 1949, University of California at Los Angeles (UCLA) pertama menyelidiki desalinasi air laut dengan menggunakan membran semipermiabel. Para peniliti dari UCLA dan University of Florida berhasil memproduksi air tawar dari air laut pada pertengan tahun 1950-an, tetapi fluks terlalu rendah untuk komersial. Hingga ditemukannya teknik untuk membuat membran asimetris  membraneditandai dengan “kulit” lapisan tipis efektif di atas wilayah substrat sangat berpori dan lebih tebal dari membrane, oleh Sidney Loeb di UCLA dan Srinivasa Sourirajan di National Research Council of Canada, Ottawa. Pada akhir tahun 2001, sekitar 15.200 instalasi desalinasi yang beroperasi atau dalam tahap perencanaan di seluruh dunia.

Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis

Hingga kini pengolahan air dengan mengunakan teknologi membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik ini telah banyak digunakan / diaplikasikan, diantaranya adalah:

- Pengolahan air asin (air payau) atau air laut menjadi air tawar yang dinamakan desalinasi, yang dapat menghasilkan air bersih bahkan air minum, dimana air bebas dari bakteri.

- Pemurnian Air Minum:  Reverse Osmosis (RO) sudah banyak digunakan di seluruh dunia untuk pemurnian (filter) air kotor menjadi air bersih (air minum) untuk keperluan sehari-hari (rumah tangga).

- Pemurnian Air dan Air Limbah: Di Los Angeles dan kota-kota lain di negara maju juga digunakan teknologi Reverse Osmosis (RO) dalam pemurnian air hujan yang dikumpulkan dari badai yang mengalir untuk irigasi lanskap dan industri pendingin sebagai solusi untuk masalah kekurangan air.

- Industri Makanan: Reverse Osmosis (RO) juga telah digunakan pada industri makanan seperti penelitian pada konsentrasi jus jeruk dan jus tomat, serta dalam industri susu untuk produksi protein whey bubuk dan untuk konsentrasi susu. Dengan menggunakan RO ternyata dapat member keuntungan dalam hal biaya operasi yang rendah.

- Cuci Mobil: Reverse Osmosis (RO) air telah sering digunakan juga dalam mencuci mobil pada bilasan akhir untuk mencegah bercak air pada kendaraan, karena dengan pengolahan air menggunakan teknologi RO ini dapat menghasilkan air murni yang kandungannya mineral rendah.

- Industri Syrup: Di Canada, America Utara Reverse Osmosis (RO) juga digunakan dalam Industri Maple Syrup, yaitu dalam pengolahan nira menjadi syrup (gula cair), dimana nira dipisahkan dari air murninya. Dan hasil dari proses RO inipun adalah produk yang bermutu tinggi.

Dan masih banyak lagi penggunaan teknologi Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik ini yang telah di aplikasikan di seluruh dunia.

Untuk keterangan lebih jelas tentang Pengolahan air dengan Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik silahkan ikuti artikel kami selanjutnya. Atau kunjungi website "enerba teknologi" yang menyediakan sistem peralatan penyediaan air bersih dan pengolahan air bersih dengan Teknologi membran Osmosis Terbalik.

sumber:
- wikipedia
id.wikipedia
bisa kimia
komentar ( 2 ) | | Read More...

Desalinasi: Pengolahan Air Asin dan Air Payau menjadi Air Tawar

Seperti tertera di artikel kami sebelumnya bahwa penerapan teknologi pengolahan air itu diperlukan untuk mengatasi masalah air bersih di Indonesia, salah satunya adalah dengan cara mengolah air asin (air laut) dan air payau menjadi air tawar, pengolahan air ini disebut  desalinasi (desalination atau desalinization).


Desalinasi (Pengolahan Air Asin dan Air Payau menjadi Air Tawar)

Air asin  merupakan  larutan yang mengandung beberapa jenis zat terlarut seperti garam-garam, yang jumlahnya rata-rata 3 sampai 4,5 % (sedang air payau dibawah 3% diatas 0,05%). Dengan desalinasi  maka air tawar dipisahkan dari air asin. Karena "desalinasi  adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam terlarut dari air asin dan juga air payau hingga level tertentu sehingga air dapat digunakan sebagai air bersih". Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa air asin (misalnya air laut) ataupun air payau, produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan  industri, pertanian, dan domestik (kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari). Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000 mg/l garam terlarut). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan air ini disebut desalinasi air asin.

Dalam pemisahan air tawar dari air asin (desalinasi air asin) dan air payau (desalinasi air payau), ada beberapa teknologi proses desalinasi yang telah banyak dikenal yaitu antara lain: porses distilasi atau penguapan, teknologi proses dengan menggunakan membran, proses pertukaran ion dll. Proses desalinasi dengan cara distilasi adalah pemisahan air tawar dengan cara merubah phase air, sedangkan pada proses dengan membran yakni pemisahan air tawar dari air asin ataupun air payau dengan cara pemberian tekanan dan menggunakan membran Reverse Osmosis (Osmosa Balik / Osmosis Terbalik) atau dengan cara elektrodialisa.

Teknologi desalinasi dengan cara distilasi biasanya memerlukan energi yang sangat besar untuk perubahan fase. Harga energi yang terus meningkat menyebabkan proses tersebut menjadi tidak kompetitif. Sementara itu teknologi membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik / Osmosa Balik  pada saat ini sedang berkembang dengan pesatnya, hal ini disebabkan karena kegunaannya yang strategis pada proses pemisahan. Dibandingkan teknologi pemisahan lainnya, teknologi membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosa Balik atau Osmosis Terbalik menawarkan keunggulan seperti pemakaian energi yang rendah, sederhana dan ramah lingkungan



Pengolahan air asin menjadi air tawar (desalinasi) menggunakan teknologi membran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosa Balik

Teknologi pengolahan air asin dengan teknologi membran Reverse Osmosis(RO) atau Osmosa Balik banyak dipakai di banyak negara seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Arab. Teknologi ini banyak dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi kota-kota tepi pantai yang langka sumber air tawarnya. Pemakai adalah kapal laut, industri farmasi, industri elektronika, dan rumah sakit. Tentu saja di Indonesia juga teknologi pengolahan air ini telah dipakai, bahkan oleh Kementrian Kelautan kita. Jika anda membutuhkan alat pengolahan air asin dengan teknologi membran Reverse Osmosis (RO) (Osmosa Balik / Osmosis Terbalik) silahkan kunjungi website kami.

Keunggulan teknologi membran Reverse Osmosis (RO) (Osmosa Balik / Osmosis Terbalik) adalah kecepatannya dalam memproduksi air, karena menggunakan tenaga pompa. Kelemahannya adalah penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan kerak kapur atau fosfat yang umum terdapat dalam air asin atau laut. Untuk mengatasi kelemahannya tersebut, pada unit pengolah air Reverse Osmosis (RO) atau osmosa balik (osmosis terbalik) selalu dilengkapi dengan unit anti pengerakkan dan anti penyumbatan oleh bakteri.

Pada proses desalinasi menggunakan membrane Reverse Osmosis (RO) atau Osmosa Balik (Osmosis Terbalik), air pada larutan garam (air asin) dipisahkan dari garam terlarutnya dengan mengalirkannya melalui membran water-permeable. Permeate dapat mengalir melalui membran akibat adanya perbedaan tekanan yang diciptakan antara air asin (umpan) bertekanan dan produk, yang memiliki tekanan dekat dengan tekanan atmosfer. Sisa umpan selanjutnya akan terus mengalir melalui sisi reaktor bertekanan sebagai brine. Proses ini tidak melalui tahap pemanasan ataupun perubahan fasa. Kebutuhan energi utama adalah untuk memberi tekanan pada air umpan. Desalinasi air payau membutuhkan tekanan operasi berkisar antara 250 hingga 400 psi, sedangkan desalinasi air laut memiliki kisaran tekanan operasi antara 800 hingga 1000 psi. Air hasil olahan desalinasi dengan teknologi membaran Reverse Osmosis (RO) atau Osmosa Balik ini sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung diminum.

Untuk mengetahui lebih lengkap tentang pengolahan air dengan desalinasi menggunakan teknologi membran Reverse Osmosis atau Osmosa Balik, ikuti artikel kami selanjutnya, atau kunjugi "enerba teknologi" untuk pemesanan sistem peralatan pengolahan air dengan Reverse Osmosis (RO) atau SWRO.


sumber:
ejurnal
majarimagazine
ristek
makalah-pdf
komentar ( 3 ) | | Read More...

Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air bersih - Air bersih merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Karena dengan adanya air yang bersih, kualitas hidup masyarakat sehat bisa diwujudkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan sistem pengolahan air bersih maupun air limbah domestik, baik untuk hunian, maupun untuk perusahaan dan industri.

 Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah.  Kenyataan yang ada memang  menunjukkan bahwa tidak semua daerah mempunyai sumber daya air yang baik (air bersih).


Masalah air bersih di Indonesia - Cadangan air Indonesia mencapai 2.530 km3 /tahun yang termasuk dalam salah satu negara yang memiliki cadangan air terkaya di dunia. Dalam data lain menunjukkan, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3 per kapita per tahun. Angka ini masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 m3 per tahun. Namun jika ditinjau ketersediaannya perpulau akan sangat lain dan bervariasi.

Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai empat setengah persen dari total potensi air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1.750 meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000 meter kubik per kapita per tahun.  Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Padahal standar kecukupan minimal adalah 2.000 m 3 per kapita per tahun . Apabila fenomena ini terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya dukung sumber daya air yang telah terlampaui.

Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas juga merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air bersih. Sumber daya air yang terdapat di daerah tersebut umumnya berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin. Sumber air yang secara kuantitas tidak terbatas adalah air laut, walaupun kualitasnya sangat buruk karena banyak air laut menjadi air tawar tersebut dikenal mengandung kadar garam atau TDS (Total Dissolved Solid) sangat tinggi.


Pengolahan Air Bersih - Untuk mengatasi masalah tersebut dan untuk meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air bersih,  salah satu caranya adalah dengan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM (sumberdaya manusia), selain kondisi sumber air bakunya sendiri. Pengolahan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar aman dipergunakan oleh masyarakat pengkonsumsi air bersih.

Salah satu cara pengolahan air atau untuk mendapatkan air bersih adalah dengan cara mengolah air asin menjadi air tawar. "Proses pengolahan air asin (payau) atau air laut menjadi air tawar ini disebut desalinasi". Yaitu mengurangi kadar garam yang terkandung pada air laut sampai pada level tertentu sehingga air asin tersebut layak untuk dipergunakan seperti halnya air tawar.

Untuk mengetahui info tentang pengolahan air asin atau air laut menjadi air tawar, tunggu artikel blog ini berikutnya. Kunjungi juga website enerba teknologi untuk pemesanan alat pengolahan air bersih dengan desalinasi, yaitu dengan metode Reverse Osmosis (RO) atau Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).

sumber:
ejurnal
scribd
komentar | | Read More...
 
Design Template by panjz-online | Modified by EN-ilmair for enerba teknologi | Support by creating website | Powered by Blogger